ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MASALAH
BENIGNA HIPERTROPI PROSTAT (BPH)
A. DEFINISI
BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam literatur di benigna hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai.
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Prostat merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat pula dianggap undangan(counter part). Oleh karena itu yang dianggap etiologi adalah karena tidak adanya keseimbangan endokrin. Namun menurut Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 etiologi dari BPH adalah:
v Adanya hiperplasia periuretral yang disebabkan karena perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen.o Ketidakseimbangan endokrin.
v Faktor umur / usia lanjut.
v Unknown / tidak diketahui secara pasti.
C. ANATOMI FISIOLOGI
Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar Bledder neck dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gram dengan ukuran rata-rata:- Panjang 3.4 cm- Lebar 4.4 cm- Tebal 2.6 cm. Secara embriologis terdiro dari 5 lobur:- Lobus medius 1 buah- Lobus anterior 1 buah- Lobus posterior 1 buah- Lobus lateral 2 buahSelama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus posterior akan menjadi saru disebut lobus medius. Pada penampang lobus medius kadang-kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat. Pada potongan melintang uretra pada posterior kelenjar prostat terdiri dari:
- Kapsul anatomis
- Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler- Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:
o Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya
o Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga sebagai adenomatus zone
o Di sekitar uretra disebut periuretral gland
Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari vesika seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis yang bermuara ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada colok dubur, sedangkan pada oran dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya mudah teraba.Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan keluar cairan seperti susu.Apabila jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan berwarna abu-abu, padat dan tidak mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan.
D. PATOFISIOLOGI
Menurut syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 adalah Umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal. Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma yang tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau mendesak jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya, yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung kemih. Serat-serat muskulus destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di dalam kandung kemih.Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi secara efektif. Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu kandung kemih. Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis.Retensi progresif bagi air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat dengan drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat dan hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang progresif bisa merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius, terjadi perlahan-lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas
E. PATHWAY
Obstruksi uretra Penumpukan urin dlm VU Pembedahan/prostatektomiKompensasi otot destrusorSpasme otot spincterMerangsang nociseptorHipotalamusDekompensasi otot destrusorPotensi urinTek intravesikalRefluk urin ke ginjalTek ureter & ginjal meningkatGagal ginjalRetensi urinPort de entrée mikroorganismekateterisasiLuka insisiResiko disfungsi seksualNyeriResti infeksiResiko kekurangan vol cairanResiko perdarahan: resiko syok hipovolemikHilangnya fungsi tbhPerub pola eliminasiKurang informasi ttg penyakitnyaKurang pengetahuanHyperplasia periuretralUsia lanjutKetidakseimbangan endokrinBPH
F. MANIFESTASI KLINIS
Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi:a. Retensi urinb. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencingc. Miksi yang tidak puasd. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)e. Pada malam hari miksi harus mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)g. Massa pada abdomen bagian bawahh. Hematuriai. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin)j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik. Kolik renall. Berat badan turunm. AnemiaKadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pada pasien Benigna Prostat Hipertropi umumnya dilakukan pemeriksaan:
1. LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin
2. RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).
3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.
4. Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalaha. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroidd. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf. Sistitis dan Pielonefritis
I. FOKUS PENGKAJIAN
Dari data yang telah dikumpulkan pada pasien dengan BPH : Post Prostatektomi dapat penulis kelompokkan menjadi:
a) Data subyektif :
o Pasien mengeluh sakit pada luka insisi.
o Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.
o Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan
o Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.
b) Data Obyektif:
o Terdapat luka insisi
o Takikardi
o Gelisah
o Tekanan darah meningkat
o Ekspresi w ajah ketakutan
o Terpasang kateter
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyamam: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter
2. Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder
3. Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh
4. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée mikroorganisme melalui kateterisasi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit, perawatannya.
K. RENCANA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat.
Kriteria hasil:
a. Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang
b. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Intervensi:
c. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta penghilang nyeri.
d. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)
e. Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah
f. Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen tegang)
g. Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasif. Lakukan perawatan aseptik terapeutikg. Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat
2. Perubahan pola eliminasi urine: retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder.
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien tidak mengalami retensi urin
Kriteria :
Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung kemih.
Intervensi :
a. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan teknik steril
b. Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan tertutup
c. Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin, kulit lembab, takikardi, dispnea)
d. Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan alat dan observasi aliran urin serta adanya bekuan darah atau jaringan
e. Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai hari kedua post operasi)
f. Ukur intake output cairang. Beri tindakan asupan/pemasukan oral 2000-3000 ml/hari, jika tidak ada kontra indikasih. Berikan latihan perineal (kegel training) 15-20x/jam selama 2-3 minggu, anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.
3. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan sumbatan saluran ejakulasi, hilangnya fungsi tubuh
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatn selama 1-3 hari pasien mampu mempertahankan fungsi seksualnya
Kriteria hasil :
Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual dan aktivitas secara optimal.
Intervensi :
a. Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang berhubungan dengan perubahannya
b. Jawablah setiap pertanyaan pasien dengan tepat
c. Beri kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang efek prostatektomi dalam fungsi seksual
d. Libatkan kelurga/istri dalam perawatan pmecahan masalah fungsi seksual
e. Beri penjelasan penting tentang:
f. Impoten terjadi pada prosedur radikal
g. Adanya kemungkinan fungsi seksual kembali normal
h. Adanya kemunduran ejakulasif. Anjurkan pasien untuk menghindari hubungan seksual selama 1 bulan (3-4 minggu) setelah operasi.
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée ikroorganisme melalui kateterisasi
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas dari infeksi
Kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Tidak ada bengkak, aritema, nyeri
c. Luka insisi semakin sembuh dengan baik
Intervensi:
a. Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.
b. Observasi insisi (adanya indurasi drainage dan kateter), (adanya sumbatan, kebocoran)
c. Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar kateter dan drainage
d. Monitor balutan luka, gunakan pengikat bentuk T perineal untuk menjamin dressing
e. Monitor tanda-tanda sepsis (nadi lemah, hipotensi, nafas meningkat, dingin)
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit, perawatannya
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1-2 hari
Kriteria :
Secara verbal pasien mengerti dan mampu mengungkapkan dan mendemonstrasikan perawatan
Intervensi :
a. Motivasi pasien/ keluarga untuk mengungkapkan pernyataannya tentang penyakit, perawat
b. Berikan pendidikan pada pasien/keluarga tentang:
o Perawatan luka, pemberian nutrisi, cairan irigasi, kateter
o Perawatan di rumahc. Adanya tanda-tanda hemoragi
BPH
(benigna prostat hiperplasia)
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
BPH (benigna Prostat Hiperplasia) adalah pembentukan jaringan yang berlebihan karena jumlah sel bertambah, tetapi tidak ganas (Jinak). Yang sering terjadi pada pria diatas usia 50 tahun.
B. Etiologi
Penyebab dari BPH belum diketahui dengan pasti , namun lebih banyak ditemukan pada orang yang produksi testisnya berlebihan yaitu terjadinya akumulasi dehydroxytosteron (DHT) dan proses penuaan dianggap berperan dalam terjadinya BPH.
Hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hyperplasia prostat adalah :
1. Adanya prubahan keseimbangan antara hormone testosterone dan estrogen pada usia lanjut.
2. Peran faktor pertumbuhan sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.
3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena kekurangan sel mati.
4. Teori sel system menerangkan bahwa terjadi poliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.
C. Patofisiologi
• Proses penuaan dan adanya sirkulasi androgen menimbulkan perkembangan BPH
• Pembesaran jaringan prostat yang berlebihan, merupakan tonjolan jaringan (hyperplasia) yang biasanya terdapat pada lobus lateral dan lobus medialis, tetapi tidak mengenai bagian posterior dari kelenjar prostat. Pembesaran prostat akan menghambat aliran urine (uretra). Keadaan ini menyebabkan kandung kemih menjadi lebih bekerja keras untuk mengeluarkan urine.
• Tonjolan ini menekan uretra menyerupai celah atau menekan dari bagian tengah uretra, kadang-kadang tonjolan tersebut membentuk kapsul menyerupai polip, yang sewaktu-waktu dapat menutup lumen uretra, akibatnya buang air kecil tidak lancar, pancaran urine lemah, urine tersisa dalam kandung kemih dan akhirnya akan menimbulkan infeksi aluran kemih.
• Akibat adanya hambatan aliran urin (obstruksi), yang lama dapat menyebabkan tegangan dinding kandung kemih yang tinggi akan diteruskan keseluruh bagian kandung kemih tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tegangan pada kedua muara ureter ini akan menimbulkan aliran balik urine dari kandung kemih ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter. Jika keadaan ini berlangsung terus, dapat mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal.
Pohon masalah BPH berdasarkan penyimpangan KDM
Perubahan kelenjar prostat berhubungan
Dengan proses ketuaan
Aktivitas seksual menurun Nyeri
Produksi kelenjar prostat meningkat Reseptor nyeri terangsang
Hiperplasia Prostat Regangan VU meningkat
Jaringan uretra tertekan Distensi VU
Obstruksi lumen pada uretra Volume residu meningkat Statis urin
Aliran urine keluar terhambat Akumulasi urin dalam VU meningkat
Retensi urin
D. Gambaran Klinis
1. Pada awalnya atau saat terjadinya pembesaran prostat, tidak ada gejala, sebab tekanan kandung kemih dapat mengalami kompensasi untuk mengatasi retensi uretra.
2. Gejala yang disebabkan oleh aliran urine tersumbat ( Obstruksi) meliputi :
a. Hesitansi dan mengejan saat berkemih
b. Penurunan ukuran dan kekuatan aliran urine
c. Adanya perasaan berkemih tidak tuntas
d. Retensi urin
3. Gejala karena metastasis meliputi :
a. Nyeri pada area lumbosakral yang menyebar ke panggul dan turun ke kaki (dari metastatis tulang)
b. Ketidaknyamanan perineal dan rectal
c. Anemia, penurunan berat badan, kelemahan, mual, oliguria (karena uremia)
4. Pemeriksaan rectal untuk mendekteai nodul-nodul pada prostat.
5. Stadium BPH meliputi
a. Stadium I :
Ada obstruksi, tetapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.
b. Stadium II :
• Ada retensio urine, tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kurang lebih 50-150- cc
• Ada rasa tidak enak pada saat buang air kecil /disuria
• Nokturia
c. Stadium III :
Setiap buang air kecil urine selalu tersisa 150 cc atau lebih§
d. Stadium IV :
Retensio urine total, buli-buli penuh, pasien kesakitan, urine menetes secara periodic (over flow incontinentia)§
E. Pemeriksaan diagnostic
1. DRE ( digital rectal examination) Test ini biasanya merupakan test pertama yang dilakukan dengan memasukkan jari ke rectum(rectal toucher) dan merasakan Prostat dekat rectum. Test ini memberikan opini bagi pemeriksa tentang ukuran dan kondisi Prostat.
2. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Prostate-Specific Antigen (PSA) Blood Test
Test ini untuk mendeteksi ada tidaknya kanker BPH.
b. Urin analisa : Hematuria dan Infeksi
c. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal
3. Pemeriksaan Radiologi :
a. Cystouretroscopy : Test ini untuk mengamati uretra, kandung kemih dan ukuran prostat.
b. USG.
F. Penatalaksanaan
1. Indewiling Cateter
2. Dilatasi balon pada uretra prostat dalam waktu singkat dapat menghilangkan gejala.
3. Bedah laser
4. Pengobatan dengan menggunakan hormon
5. Bedah TURP atau open prostat.
BAB II
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Klien mengeluh setiap buang air kecil sedikit dan hanya menetes.§
Klien mengeluh sakit pada saat berkemih§
Klien tampak meringis.§
Distensi kandung kemih§
KLien mengeluh sakit pada bagian perut bagian bawah§
Klien mengeluh tidak puas pada saat buang air kecil§
Urine sedikit.§
Urine Nampak keluar menetes.§
b. Klasifikasi data
Data Obyektif Data Subyektif
KLien tampak mringis§
Distensi kandung kemih§
Urine sedikit§
Kien mengeluh setiap buang air kecil sedikit dan hanya menetes§ Urine tampak keluar menetes §
KLien mengeluh sakit pada saat berkemih§
KLien mengeluh sakit pada bagian perut bagian bawah§
Klien mengeluh tidak puas pada saat buang air kecil§
c. Analisa data
Symptom Etiologi Problem
Ds :
KLien mengeluh setiap buang air kecil sedikit dan hanya menetes§
Klien mengeluh tidak puas pada saat buang air kecil§
Do :
Urine sedikit§
Urine tampak keluar menetes. Jaringan uretra tertekan§
Obstruksi lumen pada uretra
Aliran urine keluar terhambat
Retensio urin Retensio urin
Ds :
Klien mengeluh sakit pada saat berkemih§
KLien mengeluh sakit pada bagian perut bagian bawah§
Do :
Klien tampak meringis Volume residu meningkat§
Distensi VU
Regangan VU meningkat
Reseptor nyeri terangsang Nyeri akut
Ds :
-
Do :
- Akumulasi urin dalam VU meningkat
Volume residu meningkat
Statis urine
Menjadi media berkembangnya kuman Resiko terhadap infeksi
B. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola eliminasi urin : Retensio urin berhubungan dengan obstruksi mekanik pada uretra akibat pembesaran kelenjar prostat.
b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan regangan kandung kemih akibat obstruksi aliran urine.
c. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter
C. Intervensi keperawatan
Gangguan pola eliminasi urin : Retensio urin berhubungan dengan obstruksi mekanik pada uretra akibat pembesaran kelenjar prostat ditandai dengan :
Berkemih tidak lancar serta urine menetes§
Distensi kandung kemih§
Rasa sakit bila berkemih§
Tujuan : Klien dapat berkemih secara normal dengan criteria :
Rasa puas saat berkemih§
Tidak mengalami rasa sakit bila berkemih§
Tidak ada distensi kandung kemih§
Tindakan keperawatan :
1. Dorong klien untuk berkemih tiap 2-4 jam
Rasional : Meminimalkan retensi urin berlebihan pada kandun kemih
2. Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan.
Rasional : Berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi.
3. Awasi dan catat waktu dan jam tiap berkemih, perhatikan penurunan pengeluaran urine dan perubahan berat jenis urin.
Rasional : Retensi urin meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan bagian atas, yang dapat mempengaruhi ginjal.
4. Perkusi area suprapubik untuk menentukan adanya distensi
Rasional : Distensi abdomen dapat dirasakan didaerah suprapubik.
5. Anjurkan untuk minum 3000 ml/hari
Rasional : Peningkatan aliran cairan mempertahankan perfusi ginjal dan membersihkan ginjal dan kandung kemih dan pertumbuhan bakteri.
6. Awasi tanda-tanda vital dengan ketat, observasi hipertensi, edema, perubahan mental
Rasional : Penurunan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan eliminasi cairan dan akumulasi sisa toksis dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal.
7. Lakukan kateterisasi dan perawatan perineal
Rasional : Menurunkan resiko infeksi asenden
8. Berikan rendam duduk sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot, penurunan edema, meningkatkan upaya berkemih.
9. Kolaborasi tim medis pemberian :
Antispasmodik (untuk menghilangkan spasme kandung kemih)§
Antibiotik§
Fenoksibenzamin (merelaksasikan otot poros prostat dan menurunkan tahanan terhadap urine.§
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan regangan kandung kemih akibat obstruksi aliran urine.Ditandai dengan :
Keluhan Nyeri.§
Ekspresi wajah meringis.§
Tujuan : Klien menunjukan nyerinya berkurang atau hilang
Tindakan keperawatan :
1. Observasi tingkat nyeri dengan skala 0 – 10
Rasional : membantu informasi dalam keefektifan intervensi
2. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan
Rasional : Tirah baring mungkin diperlukan pada awal retetnsi urin akut, namun ambulasi napas dalam dapat memperbaiki pola berkemih normal.
3. Anjurkan menggunakan rendam duduk, sabun hangat untuk perineum.
Rasional : Meningkkatkan relaksasi otot
4. Kolaborasi dalam pemberian :
Obat analgetik bahkan narkotik misalnya pethidin untuk menghilangkan nyeri berat dan relaksasi mental dan fisik.§
Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter.
Intervensi keperawatan :
1. Kaji aliran urine melalui kateter.
Rasional : Ketidak lancaran aliran urine melalui kateter sebagai akibat adanya sumbatan
2. Lakukan irigasi kandung kemih melalui kateter
Rasional : Irigasi akan mempertahankan aliran urin lanccar dan membersihkan kandung kemih dari kuman.
3. Berikan informasi kepada klien tentang pemasangan kateter
Rasional : Kurangnya pengetahuan klien tentang tindakan yang kan dilakukan akan memungkinkan klien menarik atau memegang kateter.
4. Pertahankan tehnik aseptic terutama saat perawatan kateter.
Rasional : Untuk mencegah terkontaminasi dengan mikroorganisme
5. Anjurkan klien selama pemasangan kateter harus banyak minum
Rasional : Untuk mempertahankan status hidrasi klien.
DAFTAR PUSTAKA
www. Catatan perawat.Byethost15.com
Corwin Elizabet J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. EGC akarta
Smeltzer Suzane C & Bare Brenda G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Sudarth Ed. 8 Vol. 1. : EGC Jakarta
Diposkan oleh ILHAM Ns Label: KMB III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar