Minggu, 04 Juli 2010

TUGAS PENGKAJIAN DIAGNOSTIK SISTEM ENDOKRIN

PENGKAJIAN DIAGNOSTIK SISTEM ENDOKRIN
& Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Hipofisis
 Foto Tengkorak (cranium)
Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.
 Foto Tulang (osteo)
Dilakukan untuk melihat tulang. Pada klien dengan gigantisme akan dijumpai ukuran tulang yang bertambah besar dari ukuran maupun panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai tulang-tulang perifer yang bertambah ukurannya kesamping. Persiapan fisik secara khusus tidak ada, pendidikan kesehatan diperlukan.
 CT Scan Otak
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus, namun diperlukan penjelasan agar klien dapat diam tidak bergerak selama prosedur.
 Pemeriksaan Darah dan Urin
 KADAR GROWTH HORMON
Nilai normal 10 µg/ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi dibulan-bulan pertama kelahiran nilai ini meningkt kadarnya. Specimen adalah darah vena lebih kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada.
 KADAR TIROID STIMULATING HORMON (TSH)
Nilai normal 6-10 µg/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan tiroid bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah kurang lebih 5 cc. Tanpa persiapan khusus.
 KADAR ADRENOKARTIKO TROPIK (ACTH)
Pengukuran dilakukan dengan test supresi deksametason. Spesimen yang diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urin 24 jam.
Persiapan
 Tidak ada pembatasan makanan dan minuman
 Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol atau antagonisnya dihentikan lebih dahulu 24 jam sebelumnya.
 Bila obat-obatan harus diberikan, lampiran jenis obat dan dosisnya pada lembaran pengiriman specimen.
 Cegah stres fisik dan psikologis


Pelaksanaan
 Klien diberi dexametason 4 x 0,5 ml/hari selama-lamanya dua hari.
 Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc.
 Urine ditampung selama 24 jam.
 Kirim spesimen (darah dan urin) ke laboratorium.
Hasil
Normal bila ;
 ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl.
 17-Hydroxi-Cortiko-Steroid (17-OHCS) dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg.
Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian dexametason 1 mg/oral tengah malam, baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi hari dan urine ditampung selama 5 jam. Specimen dikirim ke laboratorium. Nilai normal bila kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dl dan eksresi 17 OHCS dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg.
& Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Tiroid
 Up take Radioaktif (RAI)
Tujuan pemeriksaan darah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap iodide.
Persiapan
 Klien puasa 6-8 jam.
 Jelaskan tujuan dan prosedur.
Pelaksanaan
 Klien diberikan Radioaktif Iodium (I¹³¹ ) per oral sebanyak 50 microcuri. Dengan alat pengukur yang ditaruh diatas kelenjar tiroid diukur radioaktif yang tertahan.
 Juga dapat diukur clearence I¹³¹ melalui ginjal dengan mengumpulkan urine selama 24 jam dan diukur kadar radioaktif Iodiumnya.
Banyaknya I¹³¹ yang ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam persentase sebagai berikut
 Normal : 10-35 %
 Kurang dari : 10 % disebut menurun, dapat terjadi pada hipotiriodisme.
 Lebih dari : 35 % disebut meninggi dapat terjadi pada tirotoxikosis atau pada defisisensi Iodium yang suddah lama dan pada pengobatan lama hipertiroidisme.
 T3 dan T4 Serum
Persiapan fisik secara khusus tidak ada. Spesimen yang dibutuhkan adalah darah vena sebanyak 5-10 cc.
Nilai normal pada oang dewasa :
Iodium bebas : 0,1-0,6 mg/dl
T3 : 0,2-0,3 mg/dl
T4 : 6-12 mg/dl
Nilai normal pada bayi/anak :
T3 : 180-240 mg/dl
 Up take Resin
Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau tiroid binding globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas meningkat. Peningkatan TBG terjadi pada hipertiroidisme dan menurun pada hipotiroidisme. Dibutuhkan spesimen darah vena sebanyak 5 cc. Klien puasa selama 6-8 jam.
Nilai normal :
Dewasa : 25-35 % uptake oleh resin
Anak : pada umumnya tidak ada.
 Protein Bound Iodine (PBI)
Bertujuan mengukur Iodium yang terikat dengan protein plasma. Nilai normal 4-8 mg% dalam 100 ml darah. Spesimen yang dibutuhkan darah vena sebanyak 5-10 cc. Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan 6-8 jam.
 Laju Metabolisme Basal (BMR)
Bertujuan unutk mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan tubuh dibawah kondisi basal selama beberapa waktu.
Persiapan
 Klien puasa selama 12 jam
 Hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stres.
 Klien harus tidur paling tidak 8 jam.
 Tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedatif.
 Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya.
 Tidak oleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan.
Pelaksanaan
 Segerah setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi.
 Dihitung dengan rumus ; BMR (0,75 x pulse) + (0,74 x Tek nadi) – 72.
 Nilai normal BMR : 10 s/d 15 %
Pertimbangkan faktor umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh dengan kebutuhan oksigen jaringan. Pada klien yang sangat cemas, dapat diberikan fenobarbital yang pengukurannya disebut Sommolent Metabolisme Rate. Nilai normalnya 8-13% lebih rendah dari BMR.
 Scanning Tyroid
Dapat digunakan beberapa teknik antara lain :
Radio lodine Scanning. Digunakan unutk menentukan apakah nodul tiroid tunggal atau majemuk dan apakah panas atau dingin (berfungsi atau tidak berfungsi). Nodul panas menyebabkan hipersekresi jarang bersifat ganas. Sedangkan nodul dingin (20%) adalah ganas.
Up Take lodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan iodium dari plasma. Nilai normal 10 s/d 30% dalam 24 jam.
& Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Paratiroid
 Percobaan Sulkowitch
Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine, sehingga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Reagens Sulkowitch. Bila pada percobaan tidak terdapat endapan maka kadar kalsium, plasma diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan sedikit (Fine white cloud) menunjukan kadar kalsium darah normal (6 ml/dl). Bila endapan banyak, kadar kalsium tinggi.
Persiapan
 Urine 24 jam ditampung.
 Makanan rendah kalsium 2 hari berturut-turut
Pelaksanaan
 Masukkan urine 3 ml kedalam tabung (2 tabung)
 Kedalam tabung pertama dimasukkan reagens sulkowitch 3 ml, tabung kedua hanya sebagai kontrol.
Pembacaan hasil secara kwantitatif :
 Negatif (-) : Tidak terjadi kekeruhan.
 Positif (+) : Terjadi kekeruhan yang halus.
 Positif (++) : Kekeruhan sedang
 Positif (+++) : Kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang dari 20 detik.
 Positif (++++) : Kekeruhan hebat, terjadi seketika.
 Percobaan Ellwort-Howard
Percobaan didasarkan pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh parathormon.
Cara pemeriksaan
Klien disuntik dengan parathormon melalui intravena kemudian urine ditampung dan diukur kadar pospornya. Pada hipoparatiroid, diuresis pospor bisa mencapai 5-6 x nilai normal. Pada hiperparatiroid , diuresis pospornya tidak banayak berubah.



 Percobaan kalsium intravena
Percobaan ini didasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum kalsium akan menekan pembentukan parathormon. Normal bila pospor serum meningkat dan pospor diuresis berkurag. Pada hiperparatiroid, pospor serum dan pospor diuresis tidak banyak berubah. Pada hipoparatiroid, pospor serum hampir tidak mengalami perubahan tetapi pospor diuresis meningkat.
 Pemeriksaan radiologi
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya kalsifikasi tulang, penipisin dan osteoporosis. Pada hipotiroid, dapat dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas tulang bisa noral atau meningkat. Pada hiper tiroid, tulang menipis, terbentuk kista dalam tulang serta tuberculae pada tulang.
 Pemeriksaan Elektrocardiogram (EKG)
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelainan gambaran EKG akibat perubahan kadar kalsium serum terhadap otot jantung . Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q-T yang memanjang, sedangkan hiperparatiroid interval Q-T mungkin normal.
 Pemeriksaan Elektromiogram (EMG)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot akibat perubahan kadar kalsium serum. Persiapan khusus tidak ada.
& Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Pankreas
 Pemeriksaan Glukosa
Jenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa. Bertujuan untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-10 jam.
Nilai normal :
Dewasa : 70-110 md/dl
Bayi : 50-80 mg/d
Anak-anak : 60-100 mg/dl
Persiapan
 Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan.
 Jelaskan tujuan prosedur pemeriksaan
Pelaksaaan
 Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10 cc.
 Gunakan anti koagulasi bila pemeriksan tidak dapat dilakukan segera.
 Bila klien mendapat pengobatan insulin atau oral hipoglikemik untuk sementara tidak diberikan.
 Setelah pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obat-obatan sesuai program.

Gula darah 2 jam setelah dimakan. Sering disingkat dengan gula darah 2 jam PP(post prandial). Bertujuan untuk menilai kadar gula darah 2 jam setelah makan. Dapat dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula darah puasa artinya setelah pengambilan gula darah puasa, kemudian klien disuruh makan menghabiskan porsi yang biasa lalu setelah 2 jam kemudian dilakukan pengukuran kadar gula darahnya. Atau bisa juga dilakukan secara terpisah tergantung pada kondisi klien.
Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu didingat waktu yang tepat untuk pengambilan spesimen karena hal ini dpat memepengaruhi hasil pemeriksaan bagi klien yang mendapat obat-obatan sementara dihentikan sampai pengambilan spesimen dilakukan.
& Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Adrenal
 Pemeriksaaan Hemokonsentrasi darah
Nilai normal :
Dewasa wanita : 37-47 %
Dewasa pria : 45 -54 %
Anak-anak : 31-43 %
Bayi : 30-40 %
Neonatal : 44-62 %
Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh dari perifer seperti ujung dari atau melalui fungsi intravena. Bubuhi antikoagulan kedalam darah untuk mencegah pembekuan.
Pemeriksaan Elektrolit serum ( Na,k,Cl) dengan
Nilai normal
Natrium : 310-335 mg (13,6-14 meq/liter)
Kalium : 14-20 mg% (3,5-5,0 meq/liter)
Chlorida : 350-375 mg% (100-106 meq/liter)
Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan hiperkalemia. Tidak diperlukan persiapan fisik secara khusus.
 Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)
Bertujuan untuk mengukur katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine dalam 24 jam. Nilai normal 1-5 mg. Tidak ada persiapan khusus.
 Stimulasi Test
Dimaksudkan untuk mengevaluasi dan mendeteksi hipofungsi adrenal. Dapat dilakukan terhadap kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi terhadap aldosteron dengan pemberian sodium.



DAFTAR PUSTAKA

Guyton, arthur. C. 1996. Buku ajar fisiologi kedokteran. Cet. 4, ed. 7. Jakarta : EGC.
Hartanto, huriawati,2005. Kamus saku mosby kedokteran, keperawatan, kesehatan. Jakarta : EGC
http : //www. Harun yahya.com/indo/buku/hormon/images_hormon/80.jpg
Rumahorbo, hotma. 2005. Askep klien dengan gangguan sistem endokrin. Jakarta : EGC
Syaifuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mehasiswa perawat. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar